Recent Articles
Home » Posts filed under Peternakan
Tampilkan postingan dengan label Peternakan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Peternakan. Tampilkan semua postingan
1. SEJARAH SINGKAT
Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae
yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan
pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi
daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian
menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB),
Sulawesi.
2. SENTRA PETERNAKAN
Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole)
dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB),
Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia.
Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari
India dan banyak dikembangkan di Amerika.
3. JENIS
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia
saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari
jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat
yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna
bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).
Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah
sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura.
Selain itu juga sapi Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang).
Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap
merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman.
Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya
56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak
bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat,
berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih
cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss)
bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan.
Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna
putih.
Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di
Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu
selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan
pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek
sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak
dan nyamuk serta tahan panas.
4. MANFAAT
Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena
tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan
pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan
meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena
termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan.
Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur
tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:
- Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi,
jaket.
- Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan garang kerajinan
- Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya
cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10
meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang
serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan
secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung
dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan
sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang
yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang
saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua
jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk
tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit.
Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial,
ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung
jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap
bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat
dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran
sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang
yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus
disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin,
lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk
seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan
untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup
1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur
di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab.
Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok
yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
- Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar. Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.
- Ukuran Kandang
Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.
- Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.
6.2. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
- Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar
dan lengkap silsilahnya.
- Matanya tampak cerah dan bersih.
- Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya
serta dari hidung tidak keluar lendir.
- Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
- Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
- Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor
dan dubur.
- Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
- Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu
jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta
banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging
adalah sebagai berikut:
- tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
- kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
- laju pertumbuhannya relatif cepat.
- efisiensi bahannya tinggi.
6.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan
pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah
:
- Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
- Mempermudah perawatan dan pemantauan.
- Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.
Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit
tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar
tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan
dalam bentuk daging.
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.
- Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.
Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.
Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll. - Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
- Penyakit antraks
- Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
- Gejala:
- demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
- gangguan pernafasan;
- pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;
- kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina;
- kotoran ternak cair dan sering bercampur darah;
- limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
- Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi
sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
- Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica
(AE)
- Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
- Gejala:
- rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
- demam atau panas, suhu badan menurun drastis;
- nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali;
- air liur keluar berlebihan.
- Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
- Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica
(SE)
- Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
- Gejala:
- kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;
- leher, anus, dan vulva membengkak;
- paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
- demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
- Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau
sulfa.
- Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
- Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
- Gejala:
- mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
- kulit kuku mengelupas;
- tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
- sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
7.2. Pengendalian
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi
dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan
sapi adalah:
- Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan
sapi.
- Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan
pengobatan.
- Mengusakan lantai kandang selalu kering.
- Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi
sesuai petunjuk.
8. PANEN
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya
8.2. Hasil Tambahan
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya
juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.
9. PASCAPANEN
9.1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan
sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
- Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
- Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain
yang dapat mencemari daging.
- Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa
sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah
harus keluar secara tuntas.
- Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi
jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
9.2. Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan
menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit
sapi dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang
menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari
kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling
baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi
sudut 45 derajat.
9.3. Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut
dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada
bagian perut sapi.
9.4. Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas
berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang
dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila
dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut
dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak
akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan
seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh
karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh,
dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara
maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer,
heifer dan cow yang akan dipotong.
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri
dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian
leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut
dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan
karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi
rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas
dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan
pengeluaran jeroan.
Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai
dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah
daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah
daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah
daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor
empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor
lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam
daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah
daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate
& suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian
kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian
dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%).
Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan
/ berat karkas x 100 %
Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal,
sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya:
tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli
skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
- Biaya Produksi
- Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- -----------------------> Rp. 48.750.000,-
- Kandang ---------------------------------------------------------------------> Rp. 1.000.000,-
- Pakan
- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari --------------> Rp. 12.000.000,-
- Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari ------------> Rp. 7.482.500,-
- Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- --------------->
Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi -----------------------------------------------------------> Rp. 69.307.500,-
- Pendapatan :
- Penjualan sapi kereman Tambahan berat badan: 25 x 365 x
0,8 kg = 7.300 kg, Berat sapi setelah setahu: (25 x 250 kg)
+ 7.300 kg = 13.550 kg
- Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg --------------------------> Rp. 111.110.000,-
- Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- ------------------------>
Rp. 1.095.000,-
Jumlah Pendapatan -------------------------------------------------------------> Rp. 112.205.000,-
- Penjualan sapi kereman Tambahan berat badan: 25 x 365 x
0,8 kg = 7.300 kg, Berat sapi setelah setahu: (25 x 250 kg)
+ 7.300 kg = 13.550 kg
- Keuntungan
Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. ---------> Rp. 42.897.500,- - Parameter kelayakan usaha : a. B/C ratio = 1,61
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai
ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat
mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel,
restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran
utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta.
Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa
segmen yaitu :
- Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total. Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :
- Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )
Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.
- Konsumen asing
Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan.
- Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )
- Konsumen Industri
Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :- KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili
pemasok produksi peternakan rakyat.
- APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia),
yang mewakili peternak penggemukan
- ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).
- KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili
pemasok produksi peternakan rakyat.
11. DAFTAR PUSTAKA
- Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi, Kanisius,
Yogyakarta.
- Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta.
- Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis
Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka
- Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta
Undang Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar
Swadaya,
Jakarta.
- Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari
1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta.
- Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products,
5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York.
12. KONTAK HUBUNGAN
- Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
- Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin
No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax.
+62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
- KELUARAN
Teknologi dan metoda pengemukan sapi
- BAHAN
Sapi bakalan, hijauan segar, makanan penguat, konsentrat, vitamin, air minum dan obat-obatan
- ALAT
Timbangan, takaran, ember, sabit, cangkul, karung plastik, dll.
- PEDOMAN TEKNIS
Penggemukan pada dasarnya adalah memanfaatkan potensi genetik untuk tumbuh dan menyimpan lemak tubuh dalam jangka waktu maksimal 6 bulan. Sistem kereman adalah pemeliharaan di kandang dengan diberi pakan dasar hijauan (rumput dan leguminosa), dan pakan tambahan (konsentrat). Jumlah pakan tambahan minimal 1 1/2 % berat badan dengan kandungan protein 14 -16 %.
- Sapi bakalan
Umur sapi yang akan digemukkan adalah sapi jantan muda atau dewasa, kurus dan sehat. Bobot badan sapi minimal 200 kg, dengan umur kurang antara 1-1,5 tahun
- Pakan tambahan (konsentrat)
Untuk mendapatkan pertambahan sapi dengan cepat maka perlu diimbangi dengan penambahan makanan penguat, yang mudah didapat, antara lain dengan batas penggunaan dalam ransum (9/100 gram) dedak padi/katul 60, batang sagu (hati sagu) 6, bungkil kelapa 30, tepung ikan 3, garam dapur 0,5 dan mixed mineral 0,5.
- Perkandangan
Kandang ternak harus berjarak 10 - 20 m dari rumah atau sumber air. Ukuran kandang per ekor adalah : lebar 125 cm dan panjang 2 m, lantai kandang usahakan dengan alas semen dan tidak becek/kotor. Tempat makan, minum dan garam harus mudah terjangkau oleh ternak. Kotoran ternak harus dibersihkan setiap hari dan buatkan penampungan kotoran untuk kompos yang terpisah dari kandang.
- Sapi bakalan
- SUMBER
Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001
- KONTAK HUBUNGAN
Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia
1. SEJARAH SINGKAT
Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs.Jawa).
Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar (
Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia
hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas
domesticus (ternak itik).
2. SENTRA PETERNAKAN
Secara internasional ternak itik terpusat di negara-negara
Amerika utara, Amerika Selatan, Asia, Filipina, Malaysia, Inggris,
Perancis (negara yang mempunyai musim tropis dan subtropis). Sedangkan
di Indonesia ternak itik terpusatkan di daerah pulau Jawa (Tegal,
Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten Amuntai)
dan Bali serta Lombok.
3. JENIS
Klasifikasi (penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan
dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
- Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff
Orpington) dan CV 2000-INA;
- Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga;
- Itik ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.
Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah
jenis itik petelur seperti itik tegal, itik khaki campbell, itik
alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA dan itik-itik
petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian
Ternak) Ciawi, Bogor.
4. MANFAAT
- Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri.
- Untuk mendapatkan telur itik konsumsi, daging, dan juga pembibitan
ternak itik.
- Kotorannya bisa sebagai pupuk tanaman pangan/palawija.
- Sebagai pengisi kegiatan dimasa pensiun.
- Untuk mencerdaskan bangsa melalui penyediaan gizi masyarakat.
5. PERSYARATAN LOKASI
Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhatikan adalah: letak lokasi
lokasi jauh dari keramaian/pemukiman penduduk, mempunyai letak transportasi
yang mudah dijangkau dari lokasi pemasaran dan kondisi lingkungan
kandang mempunyai iklim yang kondusif bagi produksi ataupun produktivitas
ternak. Itik serta kondisi lokasi tidak rawan penggusuran dalam
beberapa periode produksi.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri,
terutama dalam hal pemahaman tentang pancausaha beternak yaitu (1).
Perkandangan; (2). Bibit Unggul; (3). Pakan Ternak; (4). Tata Laksana
dan (5). Pemasaran Hasil Ternak.
- Penyiapan Sarana dan Peralatan
- Persyaratan temperatur kandang ± 39 ° C.
- Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%
- Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan
kandang agar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian
kandang
- Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu:
- kandang untuk anak itik (DOD) oada masa stater bisa
disebut juga kandang box, dengan ukuran 1 m 2 mampu menampung
50 ekor DOD
- kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model kandang
Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16-100 ekor perkelompok
- kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya
bisa berupa kandang baterei ( satu atau dua ekor dalam
satu kotak) bisa juga berupa kandang lokasi ( kelompok)
dengan ukuran setiap meter persegi 4-5 ekor itik dewasa
( masa bertelur atau untuk 30 ekor itik dewasa dengan
ukuran kandang 3 x 2 meter).
- kandang untuk anak itik (DOD) oada masa stater bisa
disebut juga kandang box, dengan ukuran 1 m 2 mampu menampung
50 ekor DOD
- Kondisi kandang dan perlengkapannya
Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup sederhana asal tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat makan, tempat minum dan mungkin perelengkapan tambahan lain yang bermaksud positif dalam managemen
- Persyaratan temperatur kandang ± 39 ° C.
- Pembibitan
Ternak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yang telah diuji keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan.
- Pemilihan bibit dan calon induk
Pemilihan bibit ada 3 ( tiga) cara untuk memperoleh bibit itik yang baik adalah sebagai berikut :
- membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya
- memelihara induk itik yaitu pejantan + betina itik
unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian meletakannya
pada mentok, ayam atau mesin tetas
- membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah
dikenal mutunya maupun yang telah mendapat rekomendasi
dari dinas peternakan setempat.Ciri DOD yang baik adalah
tidak cacat (tidak sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.
- Perawatan bibit dan calon induk
- Perawatan Bibit
Bibit (DOD) yang baru saja tiba dari pembibitan, hendaknya ditangani secara teknis agar tidak salah rawat. Adapun penanganannya sebagai berikut: bibit diterima dan ditempatkan pada kandang brooder (indukan) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam brooder adalah temperatur brooder diusahakan yang anak itik tersebar secara merata, kapasitas kandang brooder (box) untuk 1 m² mampu menampung 50 ekor DOD, tempat pakan dan tempat minum sesuai dengan ketentuan yaitu jenis pakan itik fase stater dan
minumannya perlu ditambah vitamin/mineral.
- Perawatan calon Induk
Calon induk itik ada dua macam yaitu induk untuk produksi telur konsumsi dan induk untuk produksi telur tetas. Perawatan keduanya sama saja, perbedaannya hanya pada induk untuk produksi telur tetas harus ada pejantan dengan perbandingan 1 jantan untuk 5 – 6 ekor betina.
- Perawatan Bibit
- Reproduksi dan Perkawinan
Reproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk mendapatkan telur tetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jantan. Sedangkan sistem perkawinan dikenal ada dua macam yaitu itik hand mating/pakan itik yang dibuat oleh manusia dan nature mating (perkawinan itik secara alami).
- Pemilihan bibit dan calon induk
- Pemeliharaan
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
Sanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan preventif (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk mewaspadai timbulnya penyakit.
- Pengontrol Penyakit
Dilakukan setiap saat dan secara hati-hati serta menyeluruh. Cacat dan tangani secara serius bila ada tanda-tanda kurang sehat pada itik. - Pemberian Pakan
Pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase, yaitu fase stater (umur 0–8 minggu), fase grower (umur 8–18 minggu) dan fase layar (umur 18–27 minggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa pakan jadi dari pabrik (secara praktisnya) dengan kode masing-masing fase. Cara memberi pakan tersebut terbagi dalam empat kelompok yaitu:
- umur 0-16 hari diberikan pada tempat pakan datar (tray feeder)
- umur 16-21 hari diberikan dengan tray feeder dan sebaran
dilantai
- umur 21 hari samapai 18 minggu disebar dilantai.
- umur 18 minggu–72 minggu, ada dua cara yaitu 7 hari pertama secara pakan peralihan dengan memperhatikan permulaan produksi bertelur sampai produksi mencapai 5%. Setelah itu pemberian pakan itik secara ad libitum (terus menerus).
Pemberian minuman itik, berdasarkan pada umur itik juga yaitu :
- umur 0-7 hari, untuk 3 hari pertama iar minum ditambah
vitamin dan mineral, tempatnya asam seperti untuk anak
ayam.
- umur 7-28 hari, tempat minum dipinggir kandang dan
air minum diberikan secara ad libitum (terus menerus)
- umur 28 hari-afkir, tempat minum berupa empat persegi
panjang dengan ukuran 2 m x 15 cm dan tingginya 10 cm
untuk 200-300 ekor. Tiap hari dibersihkan.
- Pemeliharaan Kandang
Kandang hendaknya selalu dijaga kebersihannya dan daya gunanya agar produksi tidak terpengaruh dari kondisi kandang yang ada.
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
7. HAMA DAN PENYAKIT
Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu:
- penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus,
bakteri dan protozoa
- penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata
laksana perkandangan yang kurang tepat
Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah:
- Penyakit Duck Cholera
Penyebab: bakteri Pasteurela avicida.
Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan.
Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.
- Penyakit Salmonellosis
Penyebab: bakteri typhimurium.
Gejala: pernafasan sesak, mencret.
Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat.
8. PANEN
- Hasil Utama
Hasil utama, usaha ternak itik petelur adalah telur itik
- Hasil Tambahan
Hasil tambah berupa induk afkir, itik jantan sebagai ternak daging dan kotoran ternak sebagai pupuk tanam yang berharga
9. PASCAPANEN
Kegiatan pascapanen yang bias dilakukan adalah pengawetan. Dengan
pengawetan maka nilai ekonomis telur itik akan lebih lama dibanding
jika tidak dilakukan pengawetan. Telur yang tidak diberikan perlakuan
pengawetan hanya dapat tahan selama 14 hari jika disimpan pada temperatur
ruangan bahkan akan segera membusuk. Adapun perlakuan pengawetan
terdiri dari 5 macam, yaitu:
- Pengawetan dengan air hangat
Pengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang paling sederhana. Dengan cara ini telur dapat bertahan selama 20 hari.
- Pengawetan telur dengan daun jambu biji
Perendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu telur selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan berubah warna menjadi kecoklatan seperti telur pindang.
- Pengawetan telur dengan minyak kelapa
Pengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis. Dengan cara ini warna kulit telur dan rasanya tidak berubah.
- Pengawetan telur dengan natrium silikat
Bahan pengawetan natrium silikat merupkan cairan kental, tidak berwarna, jernih, dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori kulit telur sehingga telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat10% selama satu bulan.
- Pengawetan telur dengan garam dapur
Garam direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi 25-40% selama 3 minggu.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
- Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya itik di Semarang tahun 1999 adalah sebagai berikut:.
- Permodalan
- Modal kerja
- Anak itik siap telur um 6 bl 36 paketx500 ek x Rp 6.000 ====== Rp 108.000.000,-
- Biaya kelancaran usaha dan lain-lain ==================== Rp 4.000.000,-
- Modal Investasi
- Kebutuhan kandang 36 paket x Rp 500.000,- =============
Rp 18.000.000,-
Jumlah kebutuhan modal : Rp 130.000.000,-
Prasyaratan kredit yang dikehendaki:
- Bunga (menurun) 20% /tahun
- Masa tanggung angsuran 1 tahun
- Lama kredit 3 tahun
- Kebutuhan kandang 36 paket x Rp 500.000,- =============
Rp 18.000.000,-
- Modal kerja
- Biaya-biaya
- Biaya kelancaran usaha dan lain-lain ======================= Rp 4.000.000,-
- Biaya tetap
- Biaya pengambalian kredit:
- Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun I ============ Rp 14.723.000,-
- Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun II =========== Rp 86.125.000,-
- Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun III ========== Rp 73.125.000,-
- Biaya penyusutan kandang:
- biaya penyusutan kandang tahun I ================== Rp 3.600.000,-
- biaya penyusutan kandang tahun II ================== Rp 3.600.000,-
- biaya penyusutan kandang tahun III ================= Rp 3.600.000,-
- Biaya pengambalian kredit:
- Biaya tidak tetap
- Biaya pembayaran ransum:
- biaya ransum tahun I ============================== Rp 245.700.000,-
- biaya ransum tahun II ============================== Rp 453.600.000,-
- biaya ransum tahun III ============================= Rp 453.600.000,-
- Biaya pembayaran itik siap produksi:
- pembayaran tahun I =============================== Rp 108.000.000,-
- pembayaran tahun II -
- pembayaran tahun III -
- Biaya pembayaran obat-obatan:
- biaya pembayaran obat-obatan tahun I ================== Rp 2.457.000,-
- biaya pembayaran obat-obatan tahun II ================= Rp 4.536.000,-
- biaya pembayaran obat-obatan tahun III =================
Rp 4.436.000,-
( Biaya obat-obatan adalah 1% dari biaya ransum)
- Biaya pembayaran ransum:
- Pendapatan
- Penjualan telur tahun I ================================ Rp 384.749.920,-
- Penjualan telur tahun II =============================== Rp 615.600.000,-
- Penjualan telur tahun III =============================== Rp 615.600.000,-
- Penjualan itik culling 2 x 1.425 x Rp 2.000,- ================= Rp 5.700.000,-
- Permodalan
- Gambaran Peluang Agribisnis
Telur dan daging itik merupakan komoditi ekspor yang dapat memberikan keuntungan besar. Kebutuhan akan telur dan daging pasar internasional sangat besar dan masih tidak seimbang dari persediaan yang ada. Hal ini dapat dilihat bahwa baru dua negara Thailand dan Malaysia yang menjadi negara pengekspor terbesar. Hingga saat ini budidaya itik masih merupakan komoditi yang menjanji untuk dikembangkan secara intensif.
11. DAFTAR PUSTAKA
- Bambang Suharno, Ir. dan Khairul Amri. Beternak itik secara
intensif. Penerbit Penebar Swadaya. Tahun 1998
- Redaksi Trubus. Beternak Itik CV. 2000-INA. Penerbit Penebar
Swadaya. Tahun 1999
- Prawoto; Peternak ternak itik. Desa Sitemu Kec. Taman Kabupaten
Pemalang, Jawa Tengah 52361
12. KONTAK HUBUNGAN
- Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
- Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin
No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax.
+62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
1. SEJARAH SINGKAT
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber
daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan
sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu
dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti
halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus),
dan anoa.
Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun
SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar
ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad
ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak
saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.
Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik
sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan
lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah
Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang
sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.
2. SENTRA PETERNAKAN
Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa
(Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda),
Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan).
Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi susunya
yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar
3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi
hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul,
diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang
mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat
ini produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya
pada zone yang beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB masih
kurang dari 10 liter/hari dan jauh dari standar normalnya 12 liter/hari
(rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari).
3. JENIS
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang
terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari
sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal
dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius,
yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos
Taurus.
Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara
adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda),
Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss
(dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster
(dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa
jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan
di Indonesia adalah Frisien Holstein.
4. MANFAAT
Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber
protein, susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri dan pupuk
kandang sebagai salah satu sumber organik lahan pertanian.
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah
yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai
oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan
jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran
kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan
secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal,
tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal,
penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara
kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran
yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua
jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman)
biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara
hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan
untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar
sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang
harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit.
Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan
dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai
alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai
harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti
creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat
untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan
untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup
1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur
di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
6.2. Pembibitan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi
perah betina dewasa adalah:
- produksi susu tinggi,
- umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
- berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
- bentuk tubuhnya seperti baji,
- matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
- ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
- tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
- tiap tahun beranak.
Sementara calon induk yang baik antara lain:
- berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
- kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
- jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
- pertumbuhan ambing dan puting baik,
- jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
- sehat dan tidak cacat.
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
- umur sekitar 4-5 tahun,
- memiliki kesuburan tinggi,
- daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
- berasal dari induk dan pejantan yang baik,
- besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
- kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
- muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
- paha rata dan cukup terpisah,
- dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
- badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
- sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
Prosedur:
- Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya. - Perawatan Bibit dan Calon Induk
Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya. - Sistim Pemuliabiakan
Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.
6.3. Pemeliharaan
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan. - Perawatan Ternak
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak. - Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:- sistem penggembalaan (pasture fattening)
- kereman (dry lot fattening)
- kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa
umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
- sistem penggembalaan (pasture fattening)
- Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
- Penyakit antraks
- Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak
langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
- Gejala:
- demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
- gangguan pernafasan;
- pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;
- kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina;
- kotoran ternak cair dan sering bercampur darah;
- limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
- Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi
sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
- Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak
langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
- Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica
(AE)
- Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
- Gejala:
- rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
- demam atau panas, suhu badan menurun drastis;
- nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali;
- air liur keluar berlebihan.
- Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan
diobati secara terpisah.
- Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica
(SE)
- Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
- Gejala:
- kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;
- leher, anus, dan vulva membengkak;
- paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
- demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
- Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau
sulfa.
- Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
- Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
- Gejala:
- mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
- kulit kuku mengelupas;
- tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
- sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
7.2. Pencegahan Serangan
Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku
dan merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit
yang diulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang
yang bersih dan kering.
8. PANEN
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan
oleh induk betina.
8.2. Hasil Tambahan
Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging
dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta
pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak.
9. PASCAPANEN : …
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh
peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi.
Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan
oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang
mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen,
penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit.
Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan
sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya.
Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th
dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada
pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan
dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari
seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat penjualan
anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar
3%. Produksi susu sejumlah itu masih perlu ditingkatkan seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini. Untuk mencapai
tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan
harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum
pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan
sekitar 3,5-4% dari bahan kering
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Usaha peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan jika
jumlah sapi yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat
efisiensinya dapat dicapai dengan minimal pengusahaannya sebanyak
2 ekor dengan rata-rata produksi susu sebanyak 15 lt/hari. Upaya
untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi
perah tersebut dapat juga dilakukan dengan melakukan diversifikasi
usaha. Selain itu melakukan upaya kooperatif dan integratif (horizontal
dan vertikal) dengan petani lainnya dan instansi-instansi lain yang
berkompeten, serta tetap memantapkan pola PIR diatas.
11. DAFTAR PUSTAKA
- Anonim. [ ]. Pedoman beternak sapi perah. Purwokerto, Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. 2 hal. (brosur).
- Anonim. 1983. Petunjuk cara-cara penggunaan obat-obatan ternak. Samarinda, Dinas Peternakan Kalimantan Timur. 12 hal.
- Anonim. 1988. Kondisi peternakan sapi perah dan kualitas susu
di pulau Jawa. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 39-40.
- Anonim. 1988. Pemerahan, satu faktor penentu jumlah air susu.
Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 23-24.
- Anonim. 1988. Upaya peningkatan kesejahteraan peternak melaluipeningkatan
efisiensi produksi. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 16-24.
- Bandini, Yusni. 1997. Sapi Bali. Cet 1. Jakarta, Penebar Swadaya.
73 hal.
- Church, D.C. 1991. Livestock feeds and feeding. 3 ed. New Jersey,
Prentice-Hall, Inc.: 278-279.
- Djaja, Willian. 1988. Hidup bersih dan sehat di peternakan
sapi perah. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 25-26.
- Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta,
Kanisius. 43 hal.
- Fox, Michael W. 1984. Farm animals: husbandry, behavior, and
veterinary practice. Baltimore Maryland, University Park Press:
82-112; 150.
- Ginting, Eliezer. 1988. Bimbingan dan penyuluhan usaha sapi
perah rakyat di Jawa Timur. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 27-33.
- Hehanussa, P.E. 1995. Rencana induk Life Science Center-Cibinong.
Limnotek, 3 (1) 1995: 1-34.
- Hermanto. 1988. Bagaimana cara penanganan sapi perah pada masa
kering? Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 24-25.
- Nienaber, J.A., et al. 1974. Livestock environment affects
production and health. Proceedings of the International Livestock
Environment Conference. St. Joseph, American Society of Agricultural
Engineers.
- Pane, Ismed. 1986. Pemuliabiakan ternak sapi. Jakarta, PT.
Media: 1-38; 133.
- Sabrani, M. 1994. Teknologi pengembangan sapi Sumba Ongole.
Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: 15-26.
- Suryanto, Bambang; Santosa, Siswanto Imam; Mukson. 1988. Ilmu
Usaha Peternakan. Semarang, Fakultas Peternakan UNDIP. 63 hal.
- Warudjo, Bambang 1988. Kualitas dan harga susu. Buletin PPSKI,
5 (27) 1988: 34-38.
12. KONTAK HUBUNGAN
- Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
- Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
1. SEJARAH SINGKAT
Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah
lama dikenal manusia. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah
di goa-goa, di lubang-lubang pohon dan tempat-tempat lain untuk
diambil madunya. Lebah juga menghasilkan produk yang yang sangat
dibutuhkan untuk dunia kesehatan yaitu royal jelly, pollen, malam
(lilin) dan sebagainya. Selanjutnya manusia mulai membudidayakan
dengan memakai gelodog kayu dan pada saat ini dengan sistem stup.
Di Indonesia lebah ini mempunyai nama bermacam-macam,
di Jawa disebut tawon gung, gambreng, di Sumatera barat disebut
labah gadang, gantuang, kabau, jawi dan sebagainya. Di Tapanuli
disebut harinuan, di Kalimantan disebut wani dan di tataran Sunda
orang menyebutnya tawon Odeng.
2. SENTRA PETERNAKAN
Di Indonesia sentra perlebahan masih ada di sekitar
Jawa meliputi daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dengan
jumlah produksi sekitar 2000–2500 Ton untuk lebah budidaya.
Kalimantan dan Sumbawa merupakan sentra untuk madu dari perburuan
lebah di hutan. Sedang untuk sentra perlebahan dunia ada di CIS
(Negara Pecahan Soviet), Jerman, Australia, Jepang dan Italia.
3. JENIS
Lebah termasuk hewan yang masuk dalam kelas insekta
famili Apini dan genus Apis. Spesiesnya bermacam-macam, yang banyak
terdapat di Indonesia adalah A. cerana, A. Dorsata A. Florea. Jenis
unggul yang sering
dibudidayakan adalah jenis A. mellifera. Menurut asal-usulnya lebah dibagi 4 jenis berdasar penyebarannya:
dibudidayakan adalah jenis A. mellifera. Menurut asal-usulnya lebah dibagi 4 jenis berdasar penyebarannya:
- Apis cerana, diduga berasal dari daratan Asia menyebar sampai
Afghanistan, Cina maupun Jepang.
- Apis mellifera, banyak dijumpai di daratan Eropa, misalnya
Prancis, Yunani dan Italia serta di daerah sekitar Mediterania.
- Apis Dorsata, memiliki ukuran tubuh paling besar dengan daerah
penyebaran sub tropis dan tropis Asia seperti Indonesia, Philipina
dan sekitarnya. Penyebarannya di Indonesia merata mulai dari Sumatera
sampai Irian.
- Apis Florea merupakan spesies terkecil tersebar mulai dari
Timur Tengah, India sampai Indonesia. Di Indonesia orang menyebutnya
dengan tawon
klanceng.
4. MANFAAT
Produk yang dihasilkan madu adalah:
- Madu sebagai produk utama berasal dari nektar bunga merupakan
makanan yang sangat berguna bagi pemeliharaan kesehatan, kosmetika
dan farmasi.
- Royal jelly dimanfaatkan untuk stamina dan penyembuhan penyakit,
sebagai bahan campuran kosmetika, bahan campuran obat-obatan.
- Pollen (tepung sari) dimanfaatkan untuk campuran bahan obat-obatan/
kepentingan farmasi.
- Lilin lebah (malam) dimanfaatkan untuk industri farmasi dan
kosmetika sebagai pelengkap bahan campuran.
- Propolis (perekat lebah) untuk penyembuhan luka, penyakit kulit dan membunuh virus influensa.
Keuntungan lain dari beternak lebah madu adalah membantu dalam
proses penyerbukan bunga tanaman sehingga didapat hasil yang lebih
maksimal.
5. PERSYARATAN LOKASI
Suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26 derajat C, pada
suhu ini lebah dapat beraktifitas normal. Suhu di atas 10 derajat
C lebah masih beraktifitas. Di lereng pegunungan/dataran tinggi
yang bersuhu normal (25 derajat C) seperti Malang dan Bandung lebah
madu masih ideal dibudidayakan. Lokasi yang disukai lebah adalah
tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai
pakannya.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Dalam pembudidayaan lebah madu yang perlu dipersiapkan yaitu: Lokasi
budidaya, kandang lebah modern (stup), pakaian kerja dan peralatan
Syarat yang utama yang harus yang dipenuhi dalam budidaya lebah
adalah ada seekor ratu lebah dan ribuan ekor lebah pekerja serta
lebah jantan. Dalam satu koloni tidak boleh lebih dari satu ratu
karena antar ratu akan saling bunuh untuk memimpin koloni.
- Penyiapan Sarana dan Peralatan
- Perkandangan
- Suhu
Perubahan suhu dalam stup hendaknya tidak terlalu cepat, oleh karena itu ketebalan dinding perlu diperhatikan untuk menjaga agar suhu dalam stup tetap stabil. Yang umum digunakan adalah kayu empuk setebal 2,5 cm.
- Ketahanan terhadap iklim
Bahan yang dipakai harus tahan terhadap pengaruh hujan, panas, cuaca yang selalu berubah, kokoh dan tidak mudah hancur atau rusak.
- Konstruksi
Konstruksi kandang tradisional dengan menggunakan gelodok dari bambu, secara modern menggunakan stup kotak yang lengkap dengan
framenya.
- Suhu
- Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam budidaya lebah terdiri dari: masker, pakaian kerja dan sarung tangan, pengasap, penyekat ratu, sangkar ratu, sapu dan sikat, tempat makan, pondamen sarang, alat-alat kecil, peralatan berternak ratu dan lain-lain.
- Perkandangan
- Pembibitan
- Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Bibit lebah unggul yang di Indonesia ada dua jenis yaitu A. cerana (lokal) dan A. mellifera (impor). Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan koloni lebah, oleh karena itu pemilihan jenis unggul ini bertujuan agar dalam satu koloni lebah dapat produksi maksimal. ratu A. cerana mampu bertelur 500- 900 butir per hari dan ratu A. mellifera mampu bertelur 1500 butir per hari. Untuk mendapatkan bibit unggul ini sekarang tersedia tiga paket pembelian bibit lebah:
- paket lebah ratu terdiri dari 1 ratu dengan 5 lebah
pekerja.
- paket lebah terdiri dari 1 ratu dengan 10.000 lebah
pekerja.
- paket keluarga inti terdiri dari 1 ratu dan 10.000
lebah pekerja lengkap dengan 3 sisiran sarang.
- paket lebah ratu terdiri dari 1 ratu dengan 5 lebah
pekerja.
- Perawatan Bibit dan Calon Induk
Lebah yang baru dibeli dirawat khusus. Satu hari setelah dibeli, ratu dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam stup yang telah disiapkan. Selama 6 hari lebah-lebah tersebut tidak dapat diganggu karena masih pada masa adaptasi sehingga lebih peka terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Setelah itu baru dapat dilaksanakan untuk perawatan dan pemeliharaan rutin.
- Sistem Pemuliabiakan
Pemuliabiakan pada lebah adalah menciptakan ratu baru sebagai upaya pengembangan koloni. Cara yang sudah umum dilaksanakan adalah dengan pembuatan mangkokan buatan untuk calon ratu yang diletakkan dalam sisiran. Tetapi sekarang ini sudah dikembangkan inseminasi buatan pada ratu lebah untuk mendapatkan calon ratu dan lebah pekerja unggul. Pemuliabiakan lebah ini telah berhasil dikembangkan oleh KUD Batu Kabupaten Malang.
- Reproduksi dan Perkawinan
Dalam setiap koloni terdapat tiga jenis lebah masing-masing lebah ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Alat reproduksi lebah pekerja berupa kelamin betina yang tidak berkembang sehingga tidak berfungsi, sedangkan alat reproduksi berkembang lebah ratu sempurna dan berfungsi untuk reproduksi.
Proses Perkawinan terjadi diawali musim bunga. Ratu lebah terbang keluar sarang diikuti oleh semua pejantan yang akan mengawininya. Perkawinan terjadi di udara, setelah perkawinan pejantan akan mati dan sperma akan disimpan dalam spermatheca (kantung sperma) yang terdapat pada ratu lebah kemudian ratu kembali ke sarang. Selama perkawinan lebah pekerja menyiapkan sarang untuk ratu bertelur.
- Proses Penetasan
Setelah kawin, lebah ratu akan mengelilingi sarang untuk mencari sel-sel yang masih kosong dalam sisiran. Sebutir telur diletakkan di dasar sel. Tabung sel yang telah yang berisi telur akan diisi madu dan tepung sari oleh lebah pekerja dan setelah penuh akan ditutup lapisan tipis yang nantinya dapat ditembus oleh penghuni dewasa. Untuk mengeluarkan sebutir telur diperlukan waktu sekitar 0,5 menit, setelah mengeluarkan 30 butir telur, ratu akan istirahat 6 detik untuk makan. Jenis tabung sel dalam sisiran adalah:- Sel calon ratu, berukuran paling besar, tak teratur
dan biasanya terletak di pinggir sarang.
- Sel calon pejantan, ditandai dengan tutup menonjol
dan terdapat titik hitam di tengahnya.
- Sel calon pekerja, berukuran kecil, tutup rata dan
paling banyak jumlahnya.
- Sel calon ratu, berukuran paling besar, tak teratur
dan biasanya terletak di pinggir sarang.
- Pemilihan Bibit dan Calon Induk
- Lebah ratu: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang
penutup 1 hari, iatirahat 2 hari, Perubahan larva jadi pupa
1 hari, Pupa/kepompong 3 hari, total waktu jadi lebah 15 hari.
- Lebah pekerja: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk
benang penutup 2 hari, iatirahat 3 hari, Perubahan larva jadi
pupa 1 hari, Pupa/kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah
21 hari.
- Lebah pejantan: menetas 3 hari, larva 6 hari, terbentuk
benang penutup 3 hari, iatirahat 4 hari, Perubahan larva jadi
pupa 1 hari, Pupa/kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah
24 hari. Selama dalam periode larva, larva-larva dalam tabung
akan makan madu dan tepung sari sebanyak-banyaknya. Periode
ini disebut masa aktif, kemudian larva menjadi kepompong (pupa).
Pada masa kepompong lebah tidak makan dan minum, di masa ini
terjadi perubahan dalam tubuh pupa untuk menjadi lebah sempurna.
Setelah sempurna lebah akan keluar sel menjadi lebah muda
sesuai asal selnya.
- Pemeliharaan
- Sanitasi, Tindakan Preventif dan Perawatan
Pada pengelolaan lebah secara modern lebah ditempatkan pada kandang berupa kotak yang biasa disebut stup. Di dalam stup terdapat ruang untuk beberapa frame atau sisiran. Dengan sistem ini peternak dapat harus rajin memeriksa, menjaga dan membersihkan bagian-bagian stup seperti membersihkan dasar stup dari kotoran yang ada, mencegah semut/serangga masuk dengan memberi tatakan air di kaki stup dan mencegah masuknya binatang pengganggu.
- Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan ini meliputi menyingkirkan lebah dan sisiran sarang abnormal serta menjaga kebersihan stup. - Pemberian Pakan
Cara pemberian pakan lebah adalah dengan menggembala lebah ke tempat di mana banyak bunga. Jadi disesuaikan dengan musim bunga yang ada. Dalam penggembalaan yang perlu diperhatikan adalah :- Perpindahan lokasi dilakukan malam hari saat lebah
tidak aktif.
- Bila jarak jauh perlu makanan tambahan (buatan).
- Jarak antar lokasi penggembalaan minimum 3 km.
- Luas areal, jenis tanaman yang berbunga dan waktu musim bunga.
- Perpindahan lokasi dilakukan malam hari saat lebah
tidak aktif.
- Sanitasi, Tindakan Preventif dan Perawatan
Tujuan utama dari penggembalaan ini adalah untuk menjaga kesinambungan
produksi agar tidak menurun secara drastis. Pemberian pakan tambahan
di luar pakan pokok bertujuan untuk mengatasi kekurangan pakan akibat
musim paceklik/saat melakukan pemindahan stup saat penggeembalaan.
Pakan tambahan tidak dapat meningkatkan produksi, tetapi hanya berfungsi
untuk mempertahankan kehidupan lebah. Pakan tambahan dapat dibuat
dari bahan gula dan air dengan perbandingan 1:1 dan adonan tepung
dari campuran bahan ragi, tepung kedelai dan susu kering dengan
perbandingan 1:3:1 ditambah madu secukupnya.
7. HAMA DAN PENYAKIT
- Penyakit
Di daerah tropis penyakit lebah jarang terjadi dibandingkan dengan daerah sub tropis/daerah beriklim salju. Iklim tropis merupakan penghalang terjalarnya penyakit lebah. Kelalaian kebersihan mendatangkan penyakit. Beberapa penyakit pada lebah dan penyebabnya antara lain:
- Foul Brood ; ada dua macam penyakit ini yaitu American
Foul Brood disebabkan oleh Bacillus larva dan European Foul
Brood. Penyebab: Streptococcus pluton. Penyakit ini menyerang
sisiran dan tempayak lebah.
- Chalk Brood
Penyebab: jamur Pericustis Apis. Jamur ini tumbuh pada tempayak dan menutupnya hingga mati.
- Stone Brood
Penyebab: jamur Aspergillus flavus Link ex Fr dan Aspergillus fumigatus Fress. Tempayak yang diserang berubah menjadi seperti batu yang keras.
- Addled Brood
Penyebab: telur ratu yang cacat dari dalam dan kesalahan pada ratu. - Acarine
Penyebab: kutu Acarapis woodi Rennie yang hidup dalam batang tenggorokkan lebah hingga lebah mengalami kesulitan terbang.
- Nosema dan Amoeba
Penyebab: Nosema Apis Zander yang hidup dalam perut lebah dan parasit Malpighamoeba mellificae Prell yang hidup dalam pembuluh malpighi lebah
dan akan menuju usus.
- Foul Brood ; ada dua macam penyakit ini yaitu American
Foul Brood disebabkan oleh Bacillus larva dan European Foul
Brood. Penyebab: Streptococcus pluton. Penyakit ini menyerang
sisiran dan tempayak lebah.
- Hama
Hama yang sering mengganggu lebah antara lain:
- Burung, sebagai hewan yang juga pemakan serangga menjadikan
lebah sebagai salah satu makanannya.
- Kadal dan Katak, gangguan yang ditimbulkan sama dengan
yang dilakukan oleh burung.
- Semut, membangun sarang dalam stup dan merampas makanan
lebah.
- Kupu-kupu, telur kupu-kupu yang menetas dalam sisiran menjadi
ulat yang dapat merusak sisiran.
- Tikus, merampas madu dan merusak sisiran.
- Burung, sebagai hewan yang juga pemakan serangga menjadikan
lebah sebagai salah satu makanannya.
- Pencegahan Serangan Penyakit dan Hama
Upaya mencegah serangan penyakit dan hama tindakan yang perlu adalah:
- Pembersihan stup setiap hari.
- Memperhatikan abnormalitas tempayak, sisiran dan kondisi
lebah.
- Kaki-kaki stup harus diberi air untuk mencegah serangan
semut.
- Pintu masuk dibuat seukuran lebah.
- Pembersihan stup setiap hari.
8. PANEN
- Hasil Utama
Madu merupakan hasil utama dari lebah yang begitu banyak manfaatnya dan bernilai ekonomi tinggi.
- Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang punya nilai dan manfaat adalah royal jelly (susu ratu), pollen (tepungsari), lilin lebah (malam) dan propolis (perekat lebah).
- Pengambilan madu
Panen madu dilaksanakan pada 1-2 minggu setelah musim bunga. Ciri-ciri madu siap dipanen adalah sisiran telah tertutup oleh lapisan lilin tipis. Sisiran yang akan dipanen dibersihkan dulu dari lebah yang masih menempel kemudian lapisan penutup sisiran dikupas. Setelah itu sisiran diekstraksi untuk diambil madunya.
Urutan proses panen:
- Mengambil dan mencuci sisiran yang siap panen, lapisan penutup
dikupas dengan pisau.
- Sisiran yang telah dikupas diekstraksi dalam ekstraktor madu.
- Hasil disaring dan dilakukan penyortiran.
- Disimpan dalam suhu kamar untuk menghilangkan gelembung udara.
- Pengemasan madu dalam botol.
9. PASCAPANEN …
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya lebah madu dengan jumlah 100 koloni
lebah dalam satu tahun pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
No | Perincian | Jumlah (Rupiah) | |
1) | Biaya Produksi | ||
a. | Penyusutan kamar madu 16 m2 (0,05xRp.1.600.000,-) | 80.000 | |
b | Penyusutan rumah lebah 100 m2 (0,1xRp.2.500.000,-) | 250.000 | |
c | Paket lebah 100 buah @ Rp. 100.000,- | 10.000.000 | |
d | Penyusutan ekstraktor 1 buah (0,1xRp. 225.000,-) | 22.500 | |
e | Penyusutan pengasap 2 buah (0,5xRp. 50.000,-) | 25.000 | |
f | Penyusutan stup 100 buah (0,2xRp.2.500.000,-) | 500.000 | |
g | Perawatan bangunan (2%xRp.4.100.000,-) | 82.000 | |
h | Gaji 2 orang @ Rp. 200.000,-x12 | 4.800.000 | |
i | Pakaian, sarung tangan, dll | 250.000 | |
j | Makanan | 100.000 | |
k | Botol dan lain-lain | 400.000 | |
Jumlah biaya produksi | 16.509.500 | ||
2) | Pendapatan | ||
Madu 1200 kg @ Rp. 13.000,- | 15.600.000 | ||
Paket lebah 30 buah @ Rp. 150.000,- | 4.500.000 | ||
Jumlah pendapatan Rp. | 20.100.000 | ||
3) | Keuntungandalam satu tahun | 3.590.500 | |
4) | Parameter kelayakan usaha | ||
a. | B/C ratio | 1,22 |
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Beternak lebah madu memiliki prospek sangat cerah, karena kebutuhan
madu dalam negeri sampai saat ini masih belum mencukupi. Harga dari
produk lebah yang tinggi, biaya produksi yang relatif murah, tatalaksana
pemeliharaan yang mudah dan kondisi lingkungan yang mendukung merupakan
peluang emas yang perlu mendapat perhatian.
11. DAFTAR PUSTAKA
- Marhiyanto, B., 1999, Peluang Bisnis beternak Lebah, Gitamedia
Press, Surabaya.
- Sumoprastowo, RM, Suprapto Agus, R,. 1993, Beternak Lebah Madu
Modern, Bhratara, Jakarta.
- Trubus 4, 1988, Manisnya Rupiah dari Madu Lebah, Penebar Swadaya,
Jakarta.
- ______________, Menghasilkan Madu Berkualitas Tinggi, Penebar
Swadaya, Jakarta.
- Trubus 250, 1990, Petak Madu Uji Coba Untuk Menghasilkan Madu
Beraneka Rasa, Penebar Swadaya, Jakarta.
- Trubus 273, 1992, Mutu Madu Indonesia Dibanding Impor, Penebar
Swadaya, Jakarta.
- ______________, Menggembala Lebah Ala Australia, Penebar Swadaya,
Jakarta.
- ______________, Pemasaran Madu Indonesia dihambat Kadar Air,
Penebar Swadaya, Jakarta.
- Trubus 276, 1992, Beternak Lebah di Jerman, Penebar Swadaya, Jakarta.
- Yunus, M, Minarti, S. 1995, Aneka Tetnak, Universitas Brawijaya, Malang.
12. KONTAK HUBUNGAN
- Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
- Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin
No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax.
+62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Langganan:
Postingan (Atom)